Kamis, 14 Mei 2015

PERGERAKAN MAHASISWA

Tags

PERGERAKAN MAHASISWA
Bangsa Indonesia meruapakan bangsa yang majemuk dan besar. Sepanjang perjalanan berdirinya negara ini hingga sekarang telah banyak catatan yang telah tertorehkan di lembar sejarah manusia. Pemuda merupakan pihak yang memiliki peran besar dalam memprakasai perubahan yang terjadi di bumi pertiwi bahkan dunia.
Sikap pemuda yang berpikir kritis, dan idealis telah banyak merubah pola hidup bangsa ini. Mahasiswa merupakan golongan pemuda yang menuntut ilmu dan dididik untuk selalu kritis dan idealis. Tak heran jika mahasiswa telah banyak memberikan perubahan bagi negeri di setiap zamannya. Gerakan mahasiswa telah terjadi semenjak pra-kemerdekaan dan terus bergerak mengiringi perkembangan dan perjalanan Indonesia.
Pra-Kemerdekaan - Kemerdekaan
Tahun 1908 merupakan tonggak awal bangkitnya Indonesia, pemuda yang telah gerah dan bosan menghadapi ketidak adilan dan penindasan dari bangsa penjajah telah memantik api sejarah yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo. Gerakan tersebut merupakan awal dari perubahan kehidupan bangsa ini. Dua puluh tahun kemudian pemuda juga menyuarakan gerakannya tepatnya pada 28 Oktober 1928 momen tersebut dikenal dengan julukan “Sumpah Pemuda”. Sumpah tersebut memicu semangat nasionalisme dikalangan pemuda pada masa itu. Makna yang terkandung dalam momen itu juga menjadi pemersatu bangsa untuk berjuang bersama – sama melawan penindasan.
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga sangat kental dengan pengaruh dari generasi muda. Desakan dari pemuda yang berujung dengan penculikan Ir. Soekarno oleh para golongan muda memberikan dampak besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui bantuan dari tangan-tangan pemuda lahirlah proklamasi yang merupakan deklarasi kemerdekaan bagi Indonesia. Momen-momen tersebut telah membuktikan bahwa pemuda atau mahasiswa memiliki peran besar bagi kehidupan sosial masyarakat sebagai agen of change atau agen perubahan yang membawa kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik.
Pada masa – masa pra-kemerdekaan hingga era kemerdekaan pergerakan pemuda dipengaruhi oleh rasa prihatin pemuda melihat cengkraman kolonialisme Hindia-Belanda yang disusul oleh Jepang dan sekutu. Ketidak adilan, feodalisme, dan monopoli perdangan telah memicu pergerakan-pergerakan dari para pemuda yang sudah sadar mengenai makna kemerdekaan. Faktor eksternal seperti gerakan nasionalisme di tiongkok, Arab, India, dan Filipina juga telah memotivasi pemuda pada masa itu untuk bergerak. Jika disimpulkan pola pergerakan pemuda pada masa pra-kemerdekaan hingga era kemerdekaan lebih cenderung ke arah perubahan mendasar pada pola hidup seta tatanan berbangsa dan bernegara, dari masyarakat yang “tercecer” hingga membentuk masyarakat yang bersatu dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pergerakan tahun 1945 – 1966
Pada masa pasca kemerdekaan pemuda atau mahasiswa masih terus berperan dalam mencatat gerakan-gerakan perubahan di Indonesia. Titik awal pergerakan masa itu adalah dengan berdirinya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia pada 1947 di Malang. Dalam masa demokrasi liberal mulai muncul aliansi-aliansi pergerakan mahasiswa seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan lain-lain. Pada masa itu organisasi mahasiswa ekstra kampus sebagian besar berada di bawah partai-partai politik, karena diberlakukannya sistem partai yang majemuk.
Istilah gerakan mahasiswa mulai terangkat pada tahun 1966. Pada awalnya yakni pada tahun 1965 terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965. Gerakan mahasiswa pada saat itu telah memunculkan TRITURA atau Tiga Tuntutan Rakyat yang berisi :
1.      Bubarkan PKI
2.      Retool Kabinet Dwikora
3.      Turunkan Harga
Gerakan tersebut telah melahirkan kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa dan menentang komunis. Peristiwa tahun 1965 berlanjut pada SUPERSEMAR 1966 yang menjadi titik keruntuhan era Orde Lama sekaligus menjadi awal kemunculan Orde Baru. Masa 1965-1966 menjadi tonggak pergerakan pemuda dan mahasiswa bergerak secara nasional dimana sebelumnya pergerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan.
Gerakan 66 lahir karena adanya pengaruh dari faktor ekonomi. Pada era tersebut kepercayaan masyarakat terhadap Ir. Soekarno mulai meluntur karena terjadinya inflasi hingga 65%. Akibat inflasi tersebut banyak masyarakat yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu kebijakan devaluasi rupiah dari Rp.1000,00 menjadi Rp.1,00 menjadi kontroversi yang sangat panas ditengah masyarakat karena dinilai memberatkan rakyat kecil. Kenaikan harga BBM juga menjadi pemerkeruh suasana. Pergerakan mahasiswa saat itu lebih cenderung kepada gerakan perubahan total pada penyelewengan ataupun pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah pada masa itu.
Pergerakan Tahun 1972 - 1974
Pemerinahan Orde Baru (ORBA) yang dimpimpin oleh Soeharto dalam perjalanannya banyak menorehkan pertentangan dari gerakan mahasiswa. Gerakan anti korupsi muncul ditahun 1970 yang dilanjutkan dengan pembentukan Komite Anti Korupsi.
Saat pelaksanaan pemilu pertama pada tahun 1972 juga menjadi momen pergerakan bagi mahasiswa saat itu. Mahasiswa menilai bahwa terjadi kecuran yang dilakukan oleh Golkar sehingga merebaklah isu golput untuk menentang pemilu.
            Kemudian kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI) pada 1974 telah melatar belakangi terjadinya peristiwa demonstrasi mahasiswa menolak produk Jepang sekaligus gerakan anti modal asing. Puncaknya terjadi demonstrasi besar-besaran dan kerusuhan ketika Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka datang ke Jakarta pada 14 – 17 Januari 1974. Menurut Poesponegoro dan Notosusanto (2009), gerakan ini juga terjadi karena mahasiswa mensinyalir adanya penyelewengan progam pembangunan nasional oleh para pejabat pemerintahan setelah Repelita I. Selain itu dalam bidang politik pemerintah tidak membuka aspirasi masyarakat karena gaya kepemimpinan yang top down pada saat itu membuat masyarakat tidak dapat bebas mengeluarkan pendapatnya.
Pergerakan Tahun 1977 – 1978
Gerakan mahasiswa pada era ini muncul ketika menjelang, saat dan sesudah pemilu. Berbagai isu penyimpangan politik diangkat dan gerakan ini mengkritik strategi pembangunan serta gaya kepemimpinan nasional. Akibatnya kampus-kampus dan perguruan tinggi di Indonesia di duduki oleh militer untuk yang diikuti dengan dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK) di seluruh Indonesia.  Surat Keputusan ini berisikan pemberian wewenang kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pada pemebentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemasiswaan. Munculnya UU No.8/1985 tentang organisasi kemasyarakatan membuat politik praktis menjadi semakin tidak diminati oleh mahasiswa dikarenakan sebagian Ormas menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu.
Kebijakan-kebijakan tersebut membuat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi alternatif pergerakan mahasiswa karena LSM dinilai masih memiliki pergerakan yang leluasa. Selain itu mahasiswa juga melebur diri dengan organisasi ekstra kampus seperti HMI, PMII, GMNI dan lain-lain.
Pergerakan Tahun 1990
Tahun 1990-an Fuad Hasan sebagai Mendikbud pada saat itu, mencabut kebijakan NKK/BKK dan menetapkan Pedoman Umum Organisasi Kampus (PUOK). Kebijakan ini menetapkan bahwa organisasi kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdapat Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Kebijakan ini memicu mahasiswa protes dari mahasiswa karena mereka mengharapkan organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara dan birokrasi kampus. Puncaknya berdirilah Dewan Mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Indonesia sebagai model organisasi kemahasiswaa alternatif yang independen.
Pergerakan Tahun 1998
Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi. Maraknya KKN dikalangan pejabat-pejabat pemerintahan kala itu juga membuat masyarakat geram. Usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari masyarakat menghasilkan sebuah rancangan perubahan besar. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan. Puncak dari gerakan ini adalah lengsernya presiden Soeharto sekaligus sebagai pertanda runtuhnya zaman orde baru. Momen ini dikenal dengan nama reformasi.
Pergerakan Pasca reformasi sampai sekarang dan masa yang akan datang
Pasca reformasi hingga sekarang gerakan mahasiswa lebih cenderung mengawal  dan mengawasi kebijakan-kebijakan pemerintah, dan perubahan-perubahan yang terjadi di era saat ini. Sayangnya pergerakan mahasiswa belakangan ini kurang menampakan diri dan mulai kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Sebagian besar masyarakat lebih memandang bahwa pergerakan mahasiswa merupakan aksi anarkis yang merusak fasilitas umum.
Aksi nyata sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat seperti sikap tegas terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat, pembangunan lingkungan sosial dan sebagainya. Mahasiswa saat ini juga lebih terfokus pada kepentingan kelompoknya masing-masing, jarang sekali terlihat seluruh elemen mahasiswa bersatu padu menyuarakan jeritan-jeritan hati rakyat seperti dahulu. Oleh karena itu dibutuhkan rasa kebersamaan agar mahasiswa dapat kembali bergerak bersamaan mengawal perjalanan bangsa ini.
Dimasa depan orang-orang yang saat ini berperan sebagai mahasiswa akan memegang kekuasaan. Sikap idealisme, kritis, logis, dan sikap-sikap positif lain yang mencirikan sebagai mahasiswa harus tetap di junjung agar dapat mencapai tujuan bersama.
Pergerakan mahasiswa dimasa yang akan datang akan sangat dipengaruhi oleh keadaan mahasiswa saat ini. Jika saat ini mahasiswa terjebak dalam sikap apatis, hedonis, anarkis dan pesimis. Maka pergerakan dimasa yang akan datang tidak akan mewujudkan hal positif apapun. Bila mahasiswa saat ini bisa menjaga diri dari sifat-sifat buruk tersebut maka perubahan-perubahan besar ke arah yang lebih baik dapat saja terus terjadi. Mengingat mahasiswa memiliki peran yang sangat besar bagi bangsa ini terlebih sebagai Agen of Change dan Social Control.
Agen of Change dan Social Control adalah perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan akan memberikan manfaat serta menjadi pengontrol untuk dirinya sendiri, orang tua, teman-teman, orang-orang di sekitarnya dan untuk negara. Untuk diri sendiri manfaat sebagai Agen of Change adalah menjadikan kualitas diri semakin baik yaitu dengan rasa kebersyukuran, baik kualitas keimanan maupun hubungan sosial. 

#SOL VIII


EmoticonEmoticon